Menapak, Memapak, dan Memupuk

Tulisan ini saya buat sebagai pengantar dari pameran karya visual kawan-kawan untuk memperingati September Hitam bertajuk September Hitam, Masa Kelam, & Kombatan di Rumah Sintas, Palembang, 27 Sept – 1 Oktober 2024. Saya publikasikan ulang di blog ini sebagai arsip, selain dari juga sudah terpajang di Rumah Sintas dan tak diturunkan sedari pameran.

Tulisan ini dipublikasikan ulang pada rentang masa negara hendak getol menulis ulang sejarah. Memfilter ala mereka. Menanggalkan yang menurut mereka tidak elok. Belum setahun dari pameran yang dimaksud, tak bohong jika membayangkan tulisan ini akan relevan di September berikutnya, tapi belum setahun dari pameran yang dimaksud, setahun lebih dari berganti muka rezim lewat pemilu, mereka semakin menunjukkan wajah aslinya. Dan kerja mengingat serta menolak lupa menemukan masa paling relevan untuk dibicarakan.

————————————

Menapak, Memapak, dan Memupuk
Visual sebagai senjata penguat
dan pengingat paling kanon.

. . .

Entah mana yang lebih dulu, September yang menghitam, atau kehitaman itu yang mendahului September jauh-jauh hari. Terkhusus di Indonesia. Bagian ketiga pada kalimat pertama tentu saja bermuatan klenik dan metafisik, pembicaraan lantas saja mengarah pada mitos, kutukan dan azab. Percaya atau tidak. Saya jelas susah percaya, tapi tak juga bisa memaksa lain untuk tidak.

Sejarah Indonesia mencatat, malapetaka bulan kesembilan ini dimulai dari peristiwa besar (mungkin) pertama setelah kemerdekaan Indonesia; Peristiwa yang merubah secara signifikan dan jungkir balik arah politik, kondisi sosial dan rancangan raksasa jangka panjang dari perahu Nusantara Ibu Pertiwi ini. Persis, dengan gerakan skak-mat satu malam di 30 September 1965, Soeharto merubah arah permainan, bukan saja bentuk permainan, tapi merubah satu set papan sekaligus bidaknya, bahkan mungkin mejanya sekalian.

Terbaru ini, pada kontestasi pemilihan presiden kedelapan Indonesia, tahun 2024 jelas sangat membuktikan siapapun yang bisa mengaburkan sejarah adalah pemenangnya. Mengingat dan memaafkan sejarah selalu dientengkan. Banyak yang mengentengkan. Padahal mengingat dan memaafkan adalah bentuk sikap kuat dan jelas. Dengan tidak melupakan sekaligus berlutut serta berserah pada apa yang terjadi di masa lalu adalah titik mulai untuk melangkah masa depan, karena dengan memahami betul apa yang terjadi di masa lalu : luka, duka, bahagia dan suka itu juga akan terseret, terbawa, akan tercampur pada bagaimana keputusan, sikap dan pilihan-pilihan yang akan diambil esok hari. Tidak semberonoh, ngasal, a-historis dan seenak jidatnya saja. Perbedaan akan sangat ketara, mana hal yang dilakukan dengan penuh pertimbangan, atau mana hal yang dilakukan seakan kemarin tak terjadi apa-apa.

Mengorek masa lalu bukan semata-mata “menolak move-on” ; Menekankan masa lalu lebih pada untuk tetap terarah, penuh hormat, dan menarik konstelasi. Mengingat masa lalu adalah kerja-kerja memastikan masa depan akan berjalan lebih baik, mengingat luka adalah kerja-kerja jika kedepannya tak lagi menimbulkan, menggoreskan atau terluka pada besatan yang sama. Kerja-kerja kita adalah mengingat. Kerja mengingat menjadi sesuatu yang tak pernah tidak penting.

Terbaru ini, pada konstetasi pemilihan presiden kedelapan indonesia, kerja-kerja mengingat itu di distraksi, dikaburkan, dikacaukan bahkan hendak dihilangkan. Semua kampanye, pesan, buzzer digalakan mengarah pada satu titik : Jika apa yang hadir di depan mata kalian ini adalah bapak-bapak tak berdosa, yang berjoget gemas tanpa kejahatan HAM, potensi otoritarianisme dan kekejaman di masa lalu.
Sekali lagi, siapapun yang dapat menguasi masa lalu, jelas akan sangat mudah menguasai masa depan. Poin jelasnya pun akhirnya muncul (kembali).

Dari situ, akhirnya dapat ditarik jika kerja-kerja mengingat bukan kerja yang sepele dan sekedarnya. Dengan terus kuat saling mengingatkan, saling menguatkan kita sudah mengambil bagian kecil untuk membuat semua perjalanan dan perjuangan ini berharga dan layak diperjuangkan. Dengan terus mengambil peran mengingat dan menguat, kita sudah menjadi satu bagian lain untuk membuat diam ini akan menjadi ledakan besar nantinya. Akan datang waktu, diam, mengendap dan perambatan ini akan menjadi ledakan yang tak tertahan dan tak terkontrol. Dan akan menyenangkan untuk menjalani hidup dengan upaya untuk menjadi bagian dari ledakan itu.

Mengingat lewat kata-kata dan cerita selalu jadi hal menyenangkan; Namun mengingat dengan gambaran visual jelas juga akan jadi hal penting dan tak tergantikan. Sebagaimana kita akhirnya tau banyak hal lewat kata-kata dan tulisan, kita jauh lebih mentereng ketika kita disodorkan dengan visual dan gambaran.

Selain visual sebagai pengingat, visual juga akan selalu jadi penguat. Bagian itu yang coba diambil oleh 12 kawan, gabungan dari pelukis, illustrator, graphic designer, digital artist dan penulis yang memajangkan dan mempresentasikan karyanya pada pameran kali ini. Menutup September dengan semua pernyataan sikap menolak lupa dan kuat mengingat. Untuk juga mengambil peran dari gelombang besar melawan lupa yang belakangan semakin kuat juga dilawan sebaliknya.

Jika saling mengingatkan tak pernah jadi hal besar dan penting, lantas kenapa mereka bagitu takut jika orang-orang kembali mengingat, begitu risau jika orang-orang menolak lupa, begitu gemetar ketika orang-orang berkumpul, saling menguatkan dan saling mengingatkan. Lewat lusinan karya kali ini, kawan-kawan hendak kembali mengajak untuk merawat ingatan, untuk terus berbagi keberanian, untuk terus tetap merawat biji-biji itu hingga dia berkembang, menjalar, dan meruntuhkan dinding yang sebelumnya tak terpikir untuk digoyang.

Selamat kembali melewati satu September lainnya, selamat menikmati berbagai karya yang terpampang di rumah ini seluruhnya, selamat untuk akhirnya bisa hadir dan kembali menyongsong menuju September berikutnya. Jangan-jangan, kehadiran kita hari ini memang karena kita tak pernah lupa dan menolak lupa. Jika benar, jaga itu tetap menyala.

Panjang umur berbagai kerja mengingat.
Panjang umur berbagai kerja menolak lupa.
Persis ketakutan, keberanian selalu bisa menular.

Posted in

Tinggalkan komentar